OJK Jember Berikan Edukasi Pengembangan UMKM Penyandang Difabel

Tintapedia.com  – Sebagai bagian dari masyarakat namun terkadang sulit untuk mendapatkan modal usaha ataupun pengembangan UMKM yang dilakukan. Ratusan difabel di wilayah kerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember mendapat edukasi dan pemahaman soal literasi keuangan.

Menurut Kepala OJK Jember Hardi Rofiq Nasution, para penyandang difabel khususnya di wilayah kerja OJK Jember. Juga perlu untuk mendapat edukasi dan pemahaman soal literasi keuangan.

“Tentunya ini sesuai dengan permintaan pak presiden, kan kalau bisa mitra sini kan naik. Ya mau gak mau kita harus ngadain, yang kayak begini ini (masyarakat difabel), belum pernah disentuh. Mau gak mau ya kitalah. Karena kalau yang sudah pernah (masyarakat umum) ya percuma,” kata Hardi saat dikonfirmasi disela kegiatan OJK Mengajar “Peningkatan Literasi Keuangan Melalui Edukasi Kepada 100 difabel” di Gedung Garuda, Jember, Rabu (5/10/2022).

Dengan adanya edukasi dan pemahaman soal literasi keuangan, menurut Hardi, diyakini bisa menambah nilai presentase dari perkembangan ekonomi kerakyatan.

“Bisa jadi nanti ke anak-anak yang SMA atau SMP (untuk) buka tabungan. Kita kenalkan produk-produk. Sehingga diharapkan pada tahun 2024 mendatang, (meningkat) jadi 90 persen soal literasi keuangan ini,” ujarnya.

Diakui oleh Hardi, para penyandang difabel belum pernah disentuh oleh perbankan untuk kemudian diberikan pemahaman soal literasi keuangan.

“Bahkan biasanya ke BPR itu masih tanya-tanya. Padahal dia itu (penyandang difabel) potensi ekonominya itu tinggi juga. Mau tidak mau harus kita gandeng juga. Kita kasih bekal terkait produk-produk bank, kemudian (di edukasi) resiko-resikonya apa! Supaya jangan sampai jadi pelaku usaha yang ditipu-tipu saja,” ulasnya.

“Kalau dia (penyandang difabel) kita prioritaskan dibekali hal yang bagus, kalau dia sukses kan kita juga ikut bangga,” sambungnya.

Terkait progres dari literasi keuangan yang dilakukan oleh OJK Jember, lanjut Hardi, nantinya akan dimasukkan dan disiapkan sebuah wadah untuk pengembangan UMKM.

“Kalau dia mau ke jasa produktif. UMKM itu kenapa? Satu modalnya kan gak begitu besar, tapi dibutuhkan. Kondisi covid itu UMKM yang paling layak hidup. Kenapa? Modalnya kecil, dia semangatnya tinggi, tidak terkontaminasi kanan kiri semua masih hidup atau lebih survive. Pelaku usahanya karna untuk tuntutan hidup, jadi lebih tinggi (manfaatnya),” kata Hardi.

“Tidak ada syarat khusus (bagi penyandang difabel) untuk jadi UMKM itu. Tapi nanti ada semacam pembimbingan, pembinaan dan pendampingan sekalian akses ke bank-bank. Bisa BPR, Himbara, bisa juga taat muslim ke Syariah,” imbuhnya.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar